Jangan Sia-siakan Bulan Ramadhan– Masih terkait dengan artikel yang lalu tantang Memaksimalkan Ibadah di Bulan Ramadhan Ibarat ketika kita sedang mencuci pakaian, beberapa saat setelah melalui kelelahan dan rasa pegal mengucek, pakaian pun siap untuk kita jemur. Ketika satu persatu pakaian tersebut kita jemur, selirik kemudian kita dapati noda atau kotoran yang masih menempel pada baju-baju yang baru saja kita cuci, atau bahkan misalnya semua cucian pakaian kita tumpah ke tanah, maka otomatis baju kita pun kembali penuh dengan noda.
Apa tindakan kita? Pasti kita akan merasa tidak enak (enek) melihatnya, kita pun kemudian mencuci ulang pakaian tersebut guna menghilangkan noda-kotoran tersebut. Nabi Sholallohu’alaihi wa Sallam bersabda, “Berapa banyak orang yang bershaum hanya mendapatkan dari shaumnya lapar dan haus.” (HR. Ibnu Majah, ad Darimi, Ahmad dan Baihaqi dengan sanad shahih) Hidup adalah pilihan. Semua waktu penuh dengan kebaikan. Akan tetapi Alloh Subhanahuwata’ala memilih waktu tertentu dan memuliakannya. Dimana Alloh Subhanahuwata’ala menjanjikan akan mengabulkan permohonan setiap peminta di waktu-waktu tersebut.
Alloh swt mengutus Nabi dengan jumlah tak terhitung, tetapi hanya dua puluh lima Nabi dan Rasul yang wajib bagi kita untuk mengetahuinya, darinya hanya lima person yang tersaring menjadi ‘Ulul ‘Azmi-Nya (yang keshobarannya paling tinggi), dari jumlah tersebut, hanya satu yang menjadi penghulu semua Nabi dan Rasul yaitu Muhammad bin Abdullah Sholallohu’alaihi wa Sallam. Jumlah setahun dalam putaran Hijriyah adalah dua belas bulan, dari jumlah tersebut hanya empat bulan yang dipilih-Nya sebagai bulan-bulan haram, dan hanya satu yang Alloh Subhanahuwata’ala khususkan yaitu bulan Ramadhan. Setelah kita tahu bagaimana Alloh Subhanahuwata’ala membuat bulan spesial bagi Ummat ini, dengan berbagai janji-janji Alloh Subhanahuwata’ala berupa pahala, ampunan dan segudang balasan yang tersedia. Semuanya itu dapat menghantarkan kita kepada gerbang ketaqwaan dengan pintu Arroyyan yang terbuka untuk orang-orang yang melaksanakan shaum di bulan Ramadhan. Kehidupan memiliki denyut awal nadi kehidupan juga memiliki akhir denyutannya.
Ketika kita pada tahun yang lalu berpisah dengan Ramadhan disertai tetesan air mata kesedihan, dan sekarang ketika akan bersua kembali disambut dengan menitikan air mata kebahagiaan. Penyesalan yang nyaris selalu berulang saat kita merasakan banyak sekali waktu yang terlewat sia-sia di bulan penuh kebaikan, pahala dan amal sholeh. Rasululloh Sholallohu’alaihi wa Sallam bersama para sahabatnya menjadikan bulan Ramadhan sebagai bulan peningkatan aktivitas dan kreativitas dalam berkerja dan berkarya demi tegaknya kalimat tauhid. Hal ini terbukti ketika pada pagi hari Jum’at tanggal 17 Ramadhan tahun 2 H terjadi suatu peristiwa perang Badar, Alloh Subhanahuwata’ala sendiri yang menyebutnya dengan Yaumil Furqon (hari pemisah yang haq dan yang bathil) sehingga kemenangan di tangan Islam serta hancurlah syirik dan kaum musyrikin. Pada bulan suci ini pun terjadi pembebasan kota Makkah al-Mukarramamah pada tanggal 10 Ramadhan tahun 8 H, Rasululloh saw dengan sepuluh ribu pasukannya.
Sehingga masuklah manusia ke dalam agama Alloh dengan berbondongbondong serta hancurnya paganisme (kesyirikan) yang terdapat di kota Makkah, maka Makkah pun menjadi negeri Islam. Pada bulan Ramadhan tahun 10 H, Islam tersebar luas di negeri Yaman. Sejak saat itu Yaman menjadi salah satu kekuatan penyangga Islam yang penting. Sa’ad bin Abi Waqos ra pada bulan Ramadhan tahun 15 H, berhasil meruntuhkan singgasana Persia dalam peperangan besar yaitu al-Qadisiah. Sehingga berhasil memadamkan api besar untuk selama-lamanya yang disembah oleh kaum Majusi. Dan masih banyak lagi prestasi-prestasi generasi para Salafush shalih yang ternyata mereka meraihnya di bulan Ramadhan. Kenyataan tersebut berbanding terbalik dengan keadaan ketika kita sedang berada di bulan Ramadhan, pada sebagian kita mengalami penurunan kwantitas amal kebaikan dan aktivitas pada bulan Ramadhan, bisa dikatakan bermalas-malas, dengan alasan lemas dan kurang vitalitas.
Ada yang melewati dan mengisi hari-hari pada bulan Ramadhan, dengan aktivitas dan kegiatan yang sia-sia, seperti; waktunya habis untuk tipan (tidur panjang), menonton TV seharian penuh dengan alasan ngabuburit (menunggu datangnya waktu berbuka), bahkan ada juga yang menghabiskan waktu di hari-hari pada bulan Ramadhan dengan berma in layang-layang dari pagi sampai sore. Ketika terdapat setetes nila atau tuba di dalam belanga yang berisikan susu atau madu, tentu itu akan merusak dan mempengaruhi keberadaan dan keaslian kedua zat tersebut. Ramadhan adalah bulan suci dan dimuliakan oleh Alloh Subhanahuwata’ala, jangan sampai kita menodai dan membuat kotor kesucian bulan tersebut dengan ucapan dan perbuatan-perbuatan kita. Shaum di bulan Ramadhan bukan hanya menahan dari lapar dan dahaga saja, akan tetapi dapat dipastikan kita diperintahkan untuk ‘men-shaumkan’ semua angota tubuh kita. Rasululloh saw bersabda, “Barang siapa yang tidak meninggalkan perkataan dan perbuatan dusta, maka Alloh tidak butuh terhadap shaumnya dari makan dan minum.” (HR. Bukhari, Ahmad dan yang lainnya) Dalam hadits yang lain dikatakan, “Betapa banyak orang shaum, bagian dari shaumnya (hanya) lapar dan dahaga.” (HR. Ahmad, hadits hasan shahih dan beliau menshahihkannya) Ketika Rasululloh Sholallohu’alaihi wa Sallam memberikan kabar gembira berupa limpahan kebaikan dan pahala pada bulan Ramadhan, kepada kita beliau saw menganjurkan untuk memperbanyak tilawatil Qur’an (membaca Al-Qur’an), kita justru menghabiskan waktu dengan obrolan-obrolan yang sia-sia, bahkan bisa mengancam kemulusan pahala shaum yang sedang kita jalani. Berkumpul saling menggunjing, atau mengobrolkan seputar menu masakan untuk berbuka dan sahur. Dan lebih kentara lagi yang justru dipadati orang-orang ketika bulan Ramadhan adalah memenuhi tempat-tempat pusat perbelanjaan, seperti pasar dan supermarket-supermarket. Pada malam hari bulan Ramadhan yang seharusnya kita memperbanyak bacaan Qur’an dan amalan-amalan sunnah berupa sholat malam di dalamnya dan berdzikir sebanyak-banyaknya. Kesempatan malam tersebut justru kita gunakan untuk begadang dan nongkrong-nongkrong yang tidak ada manfaatnya. Kebiasaan tidak baik berupa balas dendam dengan membanyakkan makan ketika berbuka shaum pun, adalah sesuatu yang harus kita ubah. Rasululloh Sholallohu’alaihi wa Sallam bersabda, “Tiada tempat yang lebih buruk yang dipenuhi oleh anak Adam daripada perutnya, cukuplah bagi mereka bebera-pa suap yang dapat menopang tulang punggungnya (penyambung hidupnya), jika hal itu tidak bisa dihindari maka masing-masing sepertiga bagian untuk makanannya, minumannya dan nafasnya.” (HR. Ahmad, Nasai’, Ibnu Majah dan At-Tirmidzi, beliau berkomentar: Hadits ini hasan, dan hadits ini merupa-kan dasar utama bagi semua dasar ilmu kedokteran) Ketika Alloh Subhanahuwata’ala menyediakan lailatul qadar, yang apabila kita beribadah bertepatan dengan waktu tersebut, maka lebih besar dan lebih banyak dari seribu bulan. Dan Rasululloh Sholallohu’alaihi wa Sallam memerintahkan kita ketika sudah datang sepuluh malam akhir bulan Ramadhan untuk memenuhi Masjid seraya berI’tikaf di dalamnya. Hanya beberapa masjid saja yang penuh dengan kegiatan menyambut lailatul qadar di sepuluh malam terakhir Ramadhan, dan banyak manusia yang mengabaikannya. Dari ‘Aisyah rdh, “Rasululloh saw bersungguh-sungguh dalam sepuluh hari terakhir bulan ramadhan, hal yang tidak beliau lakukan pada bulan lainnya”, “Aku tidak pernah mengetahui rasululloh saw shalat malam hingga pagi.” (HR. Muslim) Ada pun yang kita sibukkan dan pikirkan ketika sepuluh terakhir Ramadhan, adalah beberapa pertanyaan seperti; Sudah membuat kueh-kah (sebagian kaum Ibu disibukan dengan mengumpulkan berupa: blender, cetakan kue, terigu, mentega gula, dan minyak untuk kue)? Baju lebaran sudah dibeli atau belum? Parcel su-dah dibagikan belum? Dan yang lainnya. Juga tidak ketinggalan fenomena kesyirikan pun mewarnai dan menodai kesucian bulan Ramadhan. Di beberapa daerah yang ada, ketika akan datang bulan Ramadhan, masih ada yang berbondong-bondong ke kuburan untuk meminta berkah dan izin kepada leluhurnya. Na’udzubillah Akhirnya hanya cape dan lelah yang kita dapatkan, bahkan perbuatan dosa pun masih belum dapat kita hentikan, sementara Ramadhan akan segera meninggalkan kita, bukannya janji berupa luasnya ampunan dari Alloh Subhanahuwata’ala yang kita raih. Rasululloh Sholallohu’alaihi wa Sallam bersabda, “Jibril datang kepadaku dan berkata: Wahai Muhammad, siapa yang menjumpai bulan Ramadhan, namun setelah bulan itu habis dan ia tidak mendapat ampunan, maka jika mati ia masuk neraka. Semoga Alloh menjauhkannya. Katakan: Amin! Aku pun mengatakan: Amin.” (HR. Ibnu Khuzaimah dan Ibnu Hibban dalam shahihnya) “Ya Alloh, jadikanlah amal kami yang terbaik di akhirnya, dan umur terbaik kami di penghujungnya serta jadikanlah hari terbaik kami adalah hari menemui Mu” Wallohu’alam - See more at: http://dainusantara.com/jangan-sia-siakan-bulan-ramadhan/#sthash.amn6D3CR.dpuf
0 Response to "Jangan Sia-siakan Bulan Ramadhan"
Posting Komentar